Mirip
Monyet
Berfirmanlah Allah: “Baiklah kita
menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita, supaya mereka berkuasa atas
ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh
bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di
bumi.”
GOD – kejadian
1:26 – TB LAI
Jika kita
punya peliharaan seekor monyet, kita akan tahu kalau monyet adalah hewan yang
memiliki motto “Habis manis, sepah dibuang”, itu adalah hidup monyet!
Satu-satunya alasan monyet mendekati manusia adalah karena ada maunya. Mungkin
itu alasannya kenapa kalau ada muda-mudi yang pacaran Cuma karena ada maunya,
atau sekedar coba-coba, dinamakan “cinta monyet: kali yaa…..
Ya, monyet
mirip bentuknya mirip dengan manusia, tetapi hatinya seharusnya beda. Secara
tubuh, bentuknya boleh beda dibilang mirip. Tapi jiwa dan rohnya, itulah yang
membedakannya dengan manusia. Manusia bisa mirip menjadi mirip monyet, saat ia
bertindak seperti yang monyet lakukan.
“Syarat
mutlak untuk bisa dikatakan sebagai manusia adalah harus sesuai standar GAMBAR
DAN RUPA TUHAN”
Saya
tahu tentang monyet, bukan karena saya pernah menjadi monyet (emangnya saya Sun
Go Kong?). Bukannya juga saya sharing langsung sama monyetnya (karena saya
nggakk ngerti bahasa monyet). Tapi saya coba membandingkan kemiripan fisik
monyet dengan manusia, lalu berfikir, apakah ada kesamaan sikapnya juga antara
monyet dengan manusia (ceritanya penasaran, kenapa Darwin kepikiran kalo ada
kaitan antara manusia dengan monyet sebagai nenek moyangnya).
Tanpa
bermaksud menyinggung kaum monyet, saya coba jelaskan bagaimana cara pandang
monyet.
Kalau
ada manusia membawa pisang atau sesuatu yang disukai monyet, maka monyet akan
menganggap manusia itu sebagai Tuhan, Malaikat, Sahabat, dan majikannya. Tapi
begitu pisangnya sudah dipegang si monyet, maka manusia itu dianggap sebagai
musuhnya (takut pisangnya diambil lagi). Monyet tidak peduli dengan pemberinya,
dan tidak tahu cara membalas budi (berbeda dengan anjing yang tahu membalas
budi terhadap majikannya). Semua yang diperdulikan monyet, hanyalah perutnya.
Ia tidak segan untuk merampas bahkan melukai manusia yang memiliki sesuatu yang
diinginkannya. Yang penting, apa yang diinginkan dari manusia itu bisa pindah
ke tangannya.
Sobat,
teori Darwin memang tidak terbukti benar. Tapi ada kondisi-kondisi yang membuat
manusia bisa terlihat mirip sekali dengan mister monkey, walau tanpa harus
memakai kostum kera sakti. Manusia bisa menjadi mirip dengan monyet, jika dalam
kesehariannya hanyalah mencari berkat, berkat jasmani saja, tanpa memiliki
kerinduan untuk punya hubungan pribadi dengan pemberi berkatnya.
Manusia
menjadi mirip dengan monyet, saat hanya datang kepada Penciptanya, kalau ada
maunya saja. Setelah itu, semua hal tentang Tuhan dianggap sebagai beban. Kalau
berdoa untuk meminta, kata-katanya sungguh manis Kau dengaaaarrr Tuhhaaann…..
Tapi kalau berkat yang diterima diminta kembali oleh Tuhan dalam bentuk
perpuluhan, member kepada orang susah, terlibat dalam pekerjaan Tuhan, maka ia
mengepal tangannya sekencangnya.
Manusia
menjadi mirip monyet, jika dalam kesehariannya, yang dipikirkan hanya perutnya
saja, dan semua tentang fisiknya. Monyet tidak pernah memperhatikan kondisi
rohaninya. Saya tidak pernah lihat ada monyet saat teduh di pagi hari, atau
berdoa sebelum tidur, apalagi berdoa syafaat bagi sesama monyet. Manusia tidak
pernah memperhatikan kondisi jiwa dan rohnya, sesungguhnya sedang membuktikan
kebenaran Teori Darwin tentang keterkaitannya dengan monyet.
Hubungan pribadi
dengan Tuhan, itulah yang membuat kita berbeda dengan hewan di bumi ini.
Tuhan
Yesus pernah berkata, jika mereka yang memuji Dia disuruh diam, maka
batu-batulah yang akan berteriak memuji Dia. Disamakan dengan monyet saja kita
tidak rela. Apalagi kalau Tuhan menggangap batu lebih bisa memuji Dia walaupun
tidak punya mulut, daripada kita yang diberi mulut tetapi tidak memuji Dia.
Pernahkah
terfikir, kenapa dulu di awal penciptaan Tuhan menciptakan monyet dengan bentuk
dan fisik agak mirip manusia? Apakah Tuhan kekurangan ide untuk menciptakan
bentuk monyet yang lain?
Jawabnya
menurut saya adalah agar kita “berusaha” untuk “benar-benar” memiliki perbedaan
dengan dunia. Jika kita tidak “berusaha” membangun hubungan dengan Pencipta
kita, maka kita sudah jadi mirip dengan……. Jawab sendiri yaa…., hehehehe. ^-^
Kita berbeda dengan
dunia hanya jika karakter ilahi ada dalam hidup kita.